M-RADARNEWS.COM, JATIM – Upaya mengatasi kemiskinan telah menjadi kesadaran bersama lintas elemen di Banyuwangi. Hal ini tampak dari “Gerakan Banyuwangi Berbagi”, yang melibatkan berbagai stakeholder untuk bersama-sama mengulurkan tangan membantu warga prasejahtera.
Gerakan Banyuwangi Berbagi ini melibatkan ribuan pihak dengan sasaran sekitar 18 ribu warga prasejahtera. Di antaranya Pemkab, TNI, Polri, legislatif, dan instansi vertikal. Selain itu, juga diikuti oleh BUMN, BUMD dan kalangan organisasi profesi dan pengusaha di Banyuwangi.
Gerakan ini menjadi salah satu instrumen mengatasi penanganan kemiskinan. Dengan mengacu pada data kemiskinan yang berbasis nama dan alamat (by name by addres), akan lebih sistematis dalam melakukan intervensi. Para donatur mendapatkan data warga prasejahtera secara langsung dan menyerahkan ke kantor kecamatan terdekat atau menyalurkan langsung.
Baca juga : Upaya Penanganan Kemiskinan: Banyuwangi Luncurkan Gerakan Berbagi, Ulurkan Tangan Bantu Sesama
Salah satu penerima manfaat program Gerakan Banyuwangi Berbagi, Muanin tersenyum bahagia. Lelaki sepuh kelahiran 1936 itu, tak menyangka jika kediamannya bakal dikunjungi oleh Bupati Ipuk Fiestiandani beserta rombongan. Rumahnya yang terpencil di tengah perkebunan karet Lingkungan Sumber Pakem, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, tak menjadi penghalang.
“Terima kasih, Bu,” ucap lelaki penyadap karet tersebut kepada Bupati Ipuk Fiestiandani yang menyerahkan bantuan Gerakan Banyuwangi Berbagi, pada Jumat (24/01/2025).
Ipuk datang bersama rombongan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Banyuwangi. Di antaranya Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Hj. Mafruchatin Nikmah, Wakil Kepala Polresta Banyuwangi, perwakilan Kodim 0825/ Banyuwangi dan Lanal Banyuwangi.
Wajah penuh kegembiraan tersebut tak hanya dirasakan oleh Mbah Muanin semata. Tapi, tak kurang dari 18 ribu warga pra-sejahtera se Kabupaten Banyuwangi yang terekam dalam database UGD Kemiskinan Banyuwangi.
“Gerakan berbagi dan bersedekah seperti ini, sejatinya sudah dilakukan oleh semua pihak. Namun, saat ini, kita orkestrasi agar lebih tepat sasaran dan merata,” ungkap Ipuk.
Tidak hanya mendapatkan sembako, dalam gerakan tersebut, juga akan dilakukan evaluasi kondisi keluarga penerima bantuan. Mulai dari sosial, kesehatan hingga akses pendidikannya. Berbagai perkembangan tersebut akan dipantau melalui aplikasi Smart Kampung.
“Dengan data yang realtime seperti ini, kita bisa melakukan penanganan secara tepat dan terukur,” kata Bupati Ipuk.
Aksi solidaritas yang telah menjadi tradisi tersebut menjadi alternatif bagi penanganan kemiskinan. Di tengah keterbatasan fiskal yang dimiliki pemerintah daerah, gotong royong menjadi solusi. “Lebih-lebih di awal tahun seperti ini. Program bantuan dari pemerintah kebanyakan belum turun. Ini sangat membantu,” terang Ipuk.
Saat ini, tingkat kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi mencapai titik terendah dalam sejarahnya. Menurut data BPS pada 2024, tercatat 6,54 persen. Turun drastis dari tahun sebelumnya yang masih 7,34 persen.
“Walaupun demikian, kita tidak boleh berpuas diri. Kita akan terus menekan sekecil mungkin angka kemiskinan ini. Terutama pada tingkat kemiskinan ekstream,” paparnya.
Ipuk menyebut, program penanganan kemiskinan di Banyuwangi tidak hanya bersifat kuratif. Namun, juga dilakukan program terstruktur dari hulu hingga hilir. Mulai dari peningkatan SDM, penyiapan lapangan pekerjaan hingga perbaikan infrastruktur.
“Semua sudah tertuang di RPJMD Banyuwangi. Dengan perencanaan yang baik, dan ditopang gotong royong seluruh komponen masyarakat, saya yakin penanganan kemiskinan ini akan tuntas,” pungkasnya. (by/*)