BALI, (M-RADARNEWS.COM),- Belum beberapa hari Kapolda Bali Irjen. Pol. Dr. Drs. Petrus Reinhard Golose, M.M. menggelar deklarasi anti premanisme dan anti narkoba di Denpasar, namun itu tidak membuat para preman membuat jera.
Seperti di Buleleng sekelompok orang berjumlah 6 orang mendatangi rumah Wayan Suardika warga Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng. Suardika dijemput di rumahnya, lalu dibawa ke jalan raya Air Sanih-Kubutambahan Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan pada (29/09) lalu.
Sampai di TKP, pelaku malah bertanya atas mobil yang digadaikan Suardika Sebelumnya Suardika telah menggadaikan mobil yang ia kredit ke salah satu rentenir dengan alasan kekurangan uang guna keperluan usaha kayunya dengan batas waktu sebulan, namun sampai batas waktu Suardika kembali ingin menebus mobil tersebut. Namun diam-diam mobil tersebut dipindah tangankan oleh sang rentenir tersebut. Suardika dihajar hingga beberapa luka lebam bersarang diwajahnya, anehnya korban setelah dikeroyok dipaksa untuk membuat pernyataan, dengan menitipkan sepeda motor yang dibawa korban ketika itu sebagai titipan pada malam tersebut sekitar pukul 21:00 wita.
“Saya dapat informasi seseorang yang telah menebus mobil saya, tanpa koordinasi dengan saya,” ungkapnya
Usai menghajar Suardika, para pelaku kemudian mengantar korban kembali kerumah, anehnya sepeda motor Beat korban langsung dibawa kabur oleh sang pelaku yang sudah diketahui alamatnya. Kemudian korban langsung menghubungi Babinsa Sawan dan Babin Giri Mas untuk mengantarkan melapor ke Mapolsek Kubutambahan,” kata Suardika,
“Pertama saya dijemput dirumah Giri Mas oleh 6 orang dengan mobil, mengatakan kalau mobil tersebut yang saya gadaikan telah ditemukan, kemudian saya ikut dengan mengendarai sepeda motor saya. Sampai di jalan Kubutambahan kok pelaku balik nanya kepada saya dimana mobil itu, kemudian saya dimasukan kedalam mobil dan dipukuli sampai disurah tanda tangan surat dan kembali diantar pulang, lalu sepda motor saya diambil,” papar Suardika.
Setelah kasus ini ditangani oleh Polsek Kubutambahan beberapa hari, sayang hingga hari ini penanganan kasus penganiayaan oleh preman disertai perampasan sepeda motor itu di Polsek Kubutambahan seperti jalan di tempat. Akibatnya korban Suardika berang dan langsung membongkar kinerja Polsek Kubutambahan kepada awak media.
“Hal yang sangat aneh, saya sudah hancur dianiaya oleh para pelaku, ada saksi, serta motor saya dirampas, tapi dibilang masih penyelidikan. Para pelaku saya kenal semua dan sudah saya sebut nama-nama para pelaku di Polsek Kubutambahan. “Kok tidak langsung kejar atau dipanggil, kok masih bilang saksi masih minim,” ungkap korban Suardika Sabtu (08/09).
Ketika memberikan keterangan, korban Suardika yang didampingi Babinsa Giri Emas Jro Komang Mahayadnya, Babinsa Kerobokan Damianus serta keluarganya. Bahkan Babinsa Damianus mengaku bahwa malam kejadian ia turut mengantar korban Suardika ke Mapolsek Kubutambahan untuk melaporkan ulah segerombolan preman yang seolah menantang Polda Bali yang baru selesai mendeklarasi anti premanisme.
“Maka dengan hati senang saya mau mengikuti ajakan mereka untuk melihat mobil saya. Yang lima orang pakai moboil Honda Jazz warna putih dan satu lagi saya bonceng dengan motor,” papar korban Suardika.
Tiba di Kubutambahan persisnya di dekat PDAM yang kawasannya gelap itu sekitar pukul 21.00 wita, mereka tiba-tiba berhenti dan balik bertanya kepada korban Suardika tentang keberadaan mobil yang dicari itu. “Akhirnya mereka menganiaya saya, mereka keroyok saya sampai saya lemas,” beber korban Suardika.
Saat korban sudah lemas itulah para preman itu memaksa korban menandatangani surat pernyataan bahwa sepeda motor dititipkan kepada mereka. “Lalu mereka mengantar kembali saya ke rumah dan di sana sudah sepi, mereka langsung kabur,” ungkapnya.
Malam itu, korban Suardika pun langsung melakukan visum dan meminta perlindungan kepada Babinsa dan aparat Koramil Sawan. Dia pun diantar ke Polsek Sawan untuk melakukan laporan tentang aksi premanisme itu.
Suardika yang mantan Prajurit TNI AD di Kostrad Jember heran atas kasus penganiayaan yang dialaminya, bahkan ia heran dan gusar karena sudah memasuki 9 hari tidak ada perkembangan yang signifikan terkait penanganan kasus premanisme ini. Bahkan Polsek Kubutambahan terkesan lamban memproses atau takut pada kelompok premanisme sehingga penanganan kasus ini seperti jalan di tempat.
“Kok begini kerja Polsek Kubutambahan tinggal tangkap saja pelaku itu. Saya sudah dibuat penyok, motor saya dirampas, dan nama-nama pelaku saya sudah berikan semua kok Polsek bilang masih penyelidikan, Aneh kan, rencana kasus saya ini segera bawa ke Polda Bali. Kalau bisa biar Polda langsung yang turun tangan” jelas Suardika. (Tim)