JATENG, (M-RADARNEWS.COM),-      Sidang Komisi Amdal Jawa Tengah dengan jajaran Pemkab Klaten secara virtual membahas analisis dampak lingkungan dari pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) jalan tol Solo – Yogyakarta berlangsung interaktif di Ruang Video Conference Dinas Komunikasi Informatika (Diskominfo), Klaten, Rabu (17/06/2020) kemarin.

Isu pertanian lestari menjadi persoalan dominan dibicarakan tidak saja menyangkut keberadaan jalur irigasi dan sumber air, tapi juga nasib petani yang mungkin harus kehilangan mata pencaharian.

“Lereng Merapi itu menjadi daerah tangkapan air dari atas untuk memenuhi pengairan lahan pertanian. Air menjadi sumber kehidupan petani, maka pembangunan tol ini diharapkan menjamin keberlangsungan pasokan air bagi masyarakat,” jelas Sekda Klaten, Jaka Sawaldi saat memimpin perwakilan pemerintah dan masyarakat dalam sidang amdal yang mendengarkan penjelasan konsultan PT Adi Karya selaku pelaksana proyek.

Sidang itu sendiri dihadiri 10 camat, 48 kepala desa, dan 8 tokoh masyarakat yang terbagi dalam empat titik lokasi. Tiga titik lokasi bertempat di Aula Kecamatan Delanggu, Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Jogonalan dan sentral di Ruang Vidcon Dinas Kominfo Klaten yang dipimpin Sekretaris Daerah Jaka Sawaldi. Sidang Amdal sesi satu bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat terdampak proyek tol sepanjang 35,6 Km meliputi trase Jawa Tengah dan Yogyakarta yang melintasi 3 kabupaten.

Aspek ekonomi, ditambahkan Jaka Sawaldi, juga tidak kalah penting menyangkut alur distribusi sayur dari lereng Merapi yang menjadi sumber kebutuhan masyarakat. Diharapkan akses jalan distribusi itu juga diperhatikan juga jalur truk pengangkut material pasir.

“Setiap hari ada 2.000 truk pasir yang beroperasi di Klaten. Bagaimana nanti pembangunan tol itu tidak mengganggu jalur angkutan pasir. Belum lagi dampak pengurangan lahan pertanian. Tentunya hal ini akan berpengaruh langsung terhadap petani seperti jatah bantuan pupuk akan berkurang. Belum lagi petani yang terpaksa kehilangan mata pencaharian. Hal ini sangat penting untuk menjadi masukan,“ jelas Jaka Sawaldi.

Tidak jauh berbeda diungkapkan Tugiran (58) warga Duwet, Kebonarum, Klaten. Di desanya ada sumber air yang bakal terkena lintasan jalan tol. Biarpun sumber air itu tidak besar, tapi ketika musim kemarau sangat membantu kebutuhan pasokan air bagi petani.

“Di desa kami itu ada sumber mata air yang sangat dibutuhkan petani. Hampir 35 persen petani sangat tergantung pada mata air ini dan dampaknya akan terasa,” ungkapnya.

Termasuk yang banyak dipikirkan masyarakat, kata Tugiran adalah nasib pemakaman warga. Pemakaman ini bagi warga adalah terkait dengan nasib leluhurnya. Belum lagi jika pembangunan tol nanti harus membelah dua dukuh. Harapannya adanya jalan penghubung itu akan membantu warga dalam berinteraksi. (Kmf)

Facebook Comments Box