M-RADARNEWS.COM, OPINI – Pertarungan Pilkada 2024 secara serentak bakal di helat 27 November mendatang, dan di berbagai daerah pun sudah memiliki kandidat yang sudah di tetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk bertarung menjadi pemimpin daerah semacam Bupati/Wali Kota dan Gubernur.
Sejumlah jorganpun sudah dipasang oleh masing masing kandidat yang berkompetisi beserta team sukses nya dengan berbagai jurus iming iming mendulang suara rakyat.
Akan halnya Pilkada 2024 ini sebut saja Banyuwangi misalnya, pertarungan kali ini di pastikan Head To Head antara Petahana Ipuk Fiestiandani-Mujiono serta pesaingnya Ali Makki-Ali Ruchi. Kedua kandidat ini di usung oleh masing-masing partai politik (parpol) untuk bertarung merebutkan kursi Banyuwangi 1.
Namun dilihat secara gamblang, pengusung parpol kedua kandidat ini seolah tak seimbang. Petahana Ipuk di usung 16 parpol berdasarkan rekomendasi yang diberikan petahana alias rekomendasi partai di borong, sedangkan Ali Makki di usung 1 partai yakni PKB.
Secara matematis, kandidat Ali-Ali bakal tak mampu menandingi petahana, akan tetapi jika takdir berkata lain serta rakyat Banyuwangi menghendaki perubahan tongkat kepemimpinan eksekutif di Banyuwangi, bakal beda faktanya.
Masyarakat Banyuwangi secara umum mengetahui jika petahana adalah istri Abdullah Azwar Anas yang kini sebagai Menteri PANRB RI adalah mantan Bupati Banyuwangi dua periode tercatat dari tahun 2009-2019.
Pasca lengser, Ipuk tak lain istrinya maju dalam Pilkada 2019 berpasangan dengan Sugirah bersaing dengan Yusuf Widyatmoko berpasangan dengan Gus Riza. Lantas siapakah Ipuk?”
Faktanya dalam pertarungan di Pilkada 2019 itu kandidat Ipuk-Sugirah berhasil mendulang suara mayoritas keluar sebagai pemenang. Retorika yang berkembang di masyarakat kala itu, kemenangan di Pilkada 2019 di tuding syarat kecurangan, namun itu lah politik.
Pada pertarungan Pilkada Serentak 2024 ini, petahana Ipuk maju kembali berpasangan dengan Mujiono tak lain sosok birokrat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi yang menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda).
Rupanya publik Banyuwangi secara sadar di suguhi drama politik yang mengandung unsur Politik Dinasti turun temurun. Buktinya, nada sumbang di tengah-tengah masyarakat masih jelas terdengar. Apakah Banyuwangi tidak memiliki tokoh yang kompeten?” Sehingga hanya itu saja yang maju.
Nah itu lah politik !!! ….