M-RADARNEWS.COM, OPINI – Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia merupakan salah satu bentuk suatu negara yang menjalankan sebuah sistem demokrasi. Memilih pemimpin negara, provinsi, dan daerah bahkan suatu desa secara langsung dengan cara jujur dan adil.
Namun sangat disayangkan, tidak sedikit orang menciderai sistem demokrasi itu. Hanya ingin menjadi pemimpin rela menggunakan segala cara untuk meraihnya.
Tidak bisa dibayangkan, Bagaimana nanti dipimpin oleh pemimpin seperti itu?” Apakah rela dipimpin oleh pemimpin yang tidak punya kejujuran dan keadilan?” Carilah pemimpin yang tidak haus kekuasaan.
Di era sekarang, Bapak jadi pemimpin dibuat Kesempatan tidak mau turun karena merasa keenakan, sang istri pun ikut melanjutkan kepemimpinannya. Anak dilibatkan sampai keponakan, kalau bisa sampai cucu, seakan-akan negara ini miliknya. Lantas, inikah yang namanya Demokrasi?”
Hal lain yang membuat kontroversial mewarnai proses pemilu, anggota legislatif pun tak mau kalah dalam pesta rakyat tersebut. Mereka ikut andil dalam tim pemenangan pemilu.
Dalam sejarah pemilu perdana di Indonesia terjadi pada tahun 1955, karena banyak disebut sebagai pemilu paling demokratis dalam sejarah politik Indonesia.
Ada banyak alasan yang membuat pemilu tersebut dikatakan paling demokratis, yaitu Pemilu 1955 dilakukan dengan bebas dan jujur, tanpa paksaan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan pemilu selanjutnya di masa pemerintahan Orde Baru sampai Mungkin Rakyat bisa menilai sendiri?”
Pemilu 1955 juga bersih dari politik uang atau serangan fajar, bahkan berani secara terang-terangan seperti yang terjadi di masa Orde Baru bahkan sampai setelah reformasi. Pemilu ini juga memperlihatkan spektrum politik Indonesia, dengan diikuti oleh berbagai partai dengan beragam latar belakang ideologi.
AKANKAH ROH DEMOKRASI HILANG ATAU KEMBALI PULANG?”