JATIM, (M-RADARNEWS),- Perkembangan dunia yang semakin pesat memunculkan banyak dampak dan tantangan di seluruh sektor, terutama anak-anak. Pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada cepatnya pembangunan di seluruh dunia memunculkan permasalahan baru untuk anak-anak.
Senin (7/5), UNICEF, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membawahi masalah anak, menggelar sebuah forum diskusi bagi para walikota dan pejabat di wilayah Asia Timur dan Pasifik yang bertajuk Growing Up Urban Surabaya. Bertempat di hotel JW Marriott Surabaya, para peserta forum diskusi mengikuti berbagai sesi yang hasilnya akan digunakan untuk membuat sebuah perubahan yang akan melindungi hak-hak anak ditengah perubahan dunia.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, berkesempatan untuk menjadi pembicara dalam sesi pembukaan acara tersebut. Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa saat ini hampir di seluruh dunia sudah tidak ada lagi batas dan hal ini akan memberikan dampak yang cukup besar bagi anak-anak di Surabaya. Permasalahan ini bisa membawa baik dampak positif maupun dampak negatif yang harus diantisipasi bersama.
Walikota perempuan pertama di Surabaya ini juga memaparkan tentang apa saja yang telah ia dan Pemerintah Kota Surabaya lakukan untuk melindungi dan menjamin hak-hak anak di Kota Surabaya. Ia mengatakan bahwa sebelumnya terdapat 6 lokalisasi besar di Kota Surabaya yang membawa dampak negatif bagi anak-anak, namun keenam lokasi gelap tersebut telah ditutup agar tidak menimbulkan dampak negatif yang panjang bagi anak-anak.
Ia juga mengatakan bahwa yang pertama ia lakukan adalah membuat program pendidikan gratis bagi anak-anak di Kota Surabaya yang dibuktikan dengan porsi anggaran sebanyak 30% dari total APBD Kota Surabaya. Ia juga menyiapkan layanan kesehatan gratis, membangun banyak taman, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang untuk berkreasi di perkampungan, dan lain sebagainya.
Terkait dengan perkembangan teknologi, Risma menjelaskan bahwa ia telah memberikan sekitar 1.900 titik untuk akses internet nirkabel secara gratis yang bisa dikontrol dari jauh oleh Pemerintah Kota Surabaya agar anak-anak tidak terpapar konten yang berbau pornografi dan juga radikalisme. Ia juga menambahkan bahwa telah banyak Broadband Learning Center (BLC) yang dibangun di seluruh Kota Surabaya agar anak-anak bisa belajar tentang teknologi tanpa perlu khawatir akan biaya yang akan dikeluarkan karena layanan tersebut gratis.
Sementara itu, Karin Hulshof, UNICEF Regional Director, East Asia and the Pacific, mengatakan bahwa acara diskusi ini sangat penting untuk dilakukan. Ia mengatakan bahwa negara-negara di kawasan Asia Timur telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini. Tentunya, hal ini bisa berdampak pada pembangunan infrastruktur kota dan nantinya akan memberikan dampak bagi terpenuhinya hak-hak anak. Ia juga menyebut bahwa akan ada sekitar 800 juta anak yang tinggal di kota-kota di wilayah Asia Timur pada tahun 2030, dan pemenuhan hak setiap anak merupakan tanggung jawab UNICEF.
Acara Growing Up Urban Surabaya ini berlangsung dari tanggal 6-8 Mei 2018 dan diisi oleh diskusi panel dari negara-negara peserta dan UNICEF, dan juga akan ada kunjungan lapangan ke Command Center 112 dan Kampung Lawas Maspati. (Tim/Hm)