Dukungan sukarela 102.147 dari Rakyat Banyuwangi dan 3.153 jumlah Penggerak
M-RADARNEWS.COM, JATIM – Melihat rekam jejak sosok Yusuf Widyatmoko dalam dunia politik di Banyuwangi sungguh sangat luar biasa, dalam karir politiknya, sosok yang murah senyum ini benar-benar bisa menjiwai dan merasakan apa yang rakyat Banyuwangi harapkan untuk Banyuwangi ke depannya.
Pengamat Hanifah mengatakan, bahwa sosok ini jauh dari isu miring selama karinya dalam dunia politik, maupun di pemerintahan. Maka, tak heran bila rakyat Banyuwangi begitu mencintainya dan mengharapkan bisa memimpin Banyuwangi melalui Pilkada Serentak Tahun 2024, sebagai bentuk keinginan dan harapan rakyat Banyuwangi 2 (dua) tahun yang lalu, yaitu tahun 2022.
Kendati demikian, rakyat Banyuwangi meminta Yusuf Widyatmoko untuk mengikuti kembali Pilkada 2024 melalui Jalur Independen. Padahal, beliau saat itu menyampaikan bahwa ingin istirahat di dunia politik. Akan tetapi, atas desakan dari rakyat Banyuwangi yang datang terus menerus. Pada akhirnya, hati beliau luluh dan bersedia dicalonkan kembali sebagai bakal calon Bupati Banyuwangi dari jalur perseorangan atau Independen.
Saat itu rakyat juga menyampaikan kepada Yusuf Widyatmoko, bahwa beliau tidak perlu mengeluarkan biaya operasional kegiatan dalam pengumpulan dukungan sebagai syarat pencalonannya. Biaya akan ditanggung secara gorong royong oleh penggerak, karena rakyat benar-benar ingin pemimpinnya jika nanti bila berhasil dan menduduki kursi Bupati Banyuwangi, yang benar-benar amanah dan memberikan semua apa yang menjadi hak-nya rakyat “Ora golek Balen” ketika berhasil menang, karena yang membiayai operasional semuanya adalah rakyat.
Akhirnya, mulai bulan Mei 2023, penggerak Independen mulai mengumpulkan dukungan sukarela sebagai amanah dari UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2016, pengumpulan dukungan sukarela dari rakyat Banyuwangi ini dilakukan tanpa “Money Politik”. Dan Yusuf Widyatmoko saat itu dipasangkan dengan Zainuri. Akhirnya setelah 1 (satu) tahun berjalan, penggerak Independen berhasil mengumpulkan syarat minimal 6.5 persen dari DPT Kabupaten Banyuwangi atau sejumlah 87.210 dukungan.
Walaupun dalam penyerahan berkas dokumen ke KPU pada tanggal 12 Mei 2024 terkendala dengan mekanisme penyerahan. Akhirnya Yusuf Widyatmoko gagal dicalonkan dari Jalur Independen. Jadi, yang dicermati Pengamat disini adalah bagaimana sosok Yusuf Widyatmoko bersama penggerak Independen adalah keberhasilannya dalam mendapatkan dukungan sukarela yang riil dari rakyat Banyuwangi tanpa money politik.
Menurut Hanifah, ini adalah hal yang luar biasa dan kemungkinan ini terjadi satu-satunya di Indonesia. Kesuksesan mendapatkan dukungan dalam jumlah puluhan ribu, dan keberhasilan Yusuf Widyatmoko meredam kemarahan dari pendukung yang berencana akan melakukan demo besar-besaran ke KPU Banyuwangi atas penolakan penyerahan dukungan, juga merupakan keberhasilan sosok yang sangat di hormati dan disegani oleh rakyat Banyuwangi.
Dari rekam jejak yang bersih dan kemampuan dalam pengendalian massa, serta pengalaman satu periode di DPRD (2004-2009) dan dua periode sebagai wakil Bupati Banyuwangi (2010-2015, 2016-2021), Yusuf Widyatmoko adalah sosok yang ideal untuk menjadi Bupati Banyuwangi periode 2024-2029.
Hasil penelusuran informasi yang dilakukan Pengamat, bahwa kondisi di lapangan setelah penyerahan berkas dukungan Yusuf Widyatmoko-Zainuri ditolak oleh KPU Banyuwangi. Ternyata, perolehan dukungan sukarela masih bertambah sampai 3 Juni 2024. Sehingga total dukungan riil yang terkumpul dari rakyat Banyuwangi sejumlah 102.147 dukungan dan penggerak sejumlah 3.153 yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.
Maka dari itu, yang dicermati lagi disini adalah hal tersebut membuktikan bahwa:
• Pertama; Rakyat Banyuwangi benar-benar menginginkan Yusuf Widyatmoko menjadi Bupati Banyuwangi.
• Kedua; Yusuf Widyatmoko mempunyai jumlah tim penggerak yang solid dan mandiri (3.153 penggerak).
• Ketiga; tim penggerak Yusuf Widyatmoko mempunyai kekuatan mental yang luar biasa. Penolakan KPU tidak membuat semangat juang mereka untuk rakyat Banyuwangi patah atau lemah, tapi justru membuat penggerak semakin bertambah semangat.
• Keempat; tim penggerak Yusuf Widyatmoko berhasil mengumpulkan dukungan sukarela sejumlah 102.147 tanpa “money politik”, diakui atau tidak diakui hanya bisa dilakukan penggerak Independen Yusuf Widyatmoko di Indonesia.
• Kelima; keberhasilan Yusuf Widyatmoko dan tim penggeraknya mengajak rakyat Banyuwangi dalam gerakan kesadaran rakyat berpolitik tanpa money politik.
Pada intinya, apa yang disampaikan oleh Pengamat ini adalah riil terjadi di Banyuwangi.
Disamping itu, menurut Hanifah, potensi yang besar dan luar biasa ini tetap ditunggu oleh rakyat Banyuwangi atas sosok Yusuf Widyatmoko untuk tetap bisa tampil di Pilkada 2024, setelah dari jalur Independen tidak berhasil. Nah, harapan yang besar dari rakyat Banyuwangi tersebut apakah akan diakomodir oleh partai politik (Parpol) yang ada di Banyuwangi? Tentunya diakomodir atau tidak diakomodir itu adalah kebijakan dan keputusan dari parpol itu sendiri, khususnya yang ada di Banyuwangi.
Akan tetapi, disini Pengamat memberikan dua pandangannya atas kondisi tersebut. Pertama, bilamana ada parpol di Banyuwangi mengakomodir Yusuf Widyatmoko, akan muncul kembali simpati dan empati dari rakyat Banyuwangi kepada parpol yang mengakomodir Yusuf Widyatmoko, karena parpol tersebut dianggap peka terhadap aspirasi rakyat. Apa dasarnya?.
Figur ini mempunyai dukungan riil dengan jumlah 100 ribu lebih, penggerak 3.000 lebih sukarela tanpa money politik. Berarti, konsep yang ditawarkan ke rakyat masuk akal dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat yang akhirnya itu menjadi harapan baru bagi rakyat Banyuwangi.
Sama halnya kita ketahui, bahwa dalam kondisi perpolitikan di Indonesia saat ini berlaku istilah “Nomor Piro, Wani Piro”. Akan tetapi, istilah itu tidak berlaku bagi sosok Yusuf Widyatmoko, karena rakyat memberikan dukungannya secara sukarela, dan rakyat tidak meminta sepeserpun atas dukungannya kepada Yusuf Widyatmoko.
Pandangan kedua, bila mana tidak ada parpol yang mengakomodir aspirasi rakyat melalui Yusuf Widyatmoko. Tentunya akan semakin memperparah ketidakpercayaan rakyat kepada parpol yang ada, karena rakyat menganggap tidak ada parpol yang peka terhadap aspirasi rakyat.
Itulah dua pandangan dari Pengamat Hanifah. Tentunya, pandangan itu bisa benar dan bisa keliru. Untuk itu, Hanifah mengajak kepada pembaca untuk menelaah kondisi yang ada dan tetap menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. (Opn)