M-RADARNEWS.COM, JATIM – Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur atau BPS Jatim merilis persentase penduduk miskin pada September 2024 sebesar 9,5 persen, angka ini menunjukkan penurunan 0,23 persen poin terhadap Maret 2024.
Demikian disampaikan Kepala BPS Jatim Zulkipli, dalam agenda Berita Resmi Statistik (BRS) di Lt.2 Ruang Vicon, Kantor BPS Jatim, Surabaya, pada Rabu (15/01/2025).
“Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada September 2024 mencapai 3,893 juta orang. Dibandingkan Maret 2024, jumlah penduduk miskin menurun 0,089 juta orang. Persentase penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 9,5 persen, menurun 0,23 persen poin terhadap Maret 2024,” jelasnya.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, Zulkipli menyebutkan, pada periode Maret 2024–September 2024, jumlah penduduk miskin perkotaan turun sebesar 54 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 35 ribu orang.
“Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,12 persen menjadi 6,83 persen. Sedangkan di perdesaan turun dari 13,30 persen menjadi 13,19 persen,” sebut Zulkipli.
Ia menyebut, jika dibanding Maret 2024, jumlah penduduk miskin September 2024 perkotaan turun sebanyak 54 ribu orang (dari 1,643 juta orang pada Maret 2024 menjadi 1,589 juta orang pada September 2024).
“Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan juga turun sebanyak 35 ribu orang, atau dari 2,340 juta orang pada Maret 2024 menjadi 2,305 juta orang pada September 2024,” ungkapnya.
Selama satu dekade, Zulkipli pun menjabarkan, pada periode September 2014–September 2024, tingkat kemiskinan di Jawa Timur mengalami penurunan, perkecualian pada Maret 2015, Maret 2020, September 2020, dan September 2022.
“Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2015, dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak,” tuturnya.
Sementara itu, lanjut Zulkipli, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
“Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2022 terjadi setelah adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak,” tambahnya.
Lebih lanjut dia memaparkan, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2024–September 2024 antara lain adalah, pertama, Inflasi September 2024 relatif terkendali sebesar 1,73 persen (y-on-y).
Meski demikian, kata Zulkipli, dari Maret-September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,38 persen yang tergambarkan dari Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2024 (106,61) terhadap IHK September 2024 (106,21).
“Kedua, ekonomi Jawa Timur tumbuh positif sebesar 4,91 persen pada Triwulan 3-2024 secara y-on-y. Ketiga, pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 2,99 persen pada triwulan 3-2024 secara y-on-y,” paparnya.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan Keempat, Zulkipli menuturkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2024 sebesar 4,19 persen. Turun sebesar 0,69 poin persen dibandingkan TPT Agustus 2023 yang sebesar 4,88 persen.
“Dan kelima, Nilai Tukar Petani atau NTP pada September 2024 sebesar 116,61, turun sebesar 2,09 persen dibandingkan NTP Maret 2024,” tutupnya. (red/jnr/kmf)