M-RADARNEWS.COM, JATIM – Sekumpulan massa yang mengatasnamakan koalisi Pemerhati Pendidikan Anak Bangsa (PPAB) menggelar aksi damai di depan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi, pada Kamis (18/07/2024).
Aksi tersebut menarik perhatian sejumlah pengguna jalan. Pasalnya, menuntut Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwang Jaenuri mundur dari jabatannya, karena dianggap tidak punya perencanaan untuk kemajuan pendidikan di Banyuwangi.
Poin Tuntutannya dalam aksi di antaranya sebagai berikut :
1. Sehubungan data yang di sodorkan oleh pihak Cabdindik Banyuwangi bahwa data lulusan SMP/MTS sederajat sejumlah +/- 20.000 siswa dan daya tampung SMA +/- 5.000 siswa sehingga ada potensi+/- 15.000 siswa tidak tertampung di SMA/SMK,Serta berkembangnya tuntutan masyarakat yang sampai hari ini belum tertampung di jenjang SMA, maka tuntutannya:
– Agar siswa yang belum di terima di jenjang SMA baik melalui jalur afirmasi, prestasi dan zonasi segera di Carikan sekolah sehingga anak-anak tersebut tidak putus sekolah.
2. Sehubungan beralih fungsinya SMAN 2 Genteng menjadi sekolah unggulan Provinsi Jawa Timur (Sekolah Taruna Bhayangkara), sehingga sebagian masyarakat/siswa Genteng kehilangan hak untuk sekolah SMA, maka tuntutannya:
– Agar Pemerintah Pusat dan Provinsi segera mengupayakan berdirinya sekolah baru(SMA/SMK NEGERI) di wilayah Genteng/Sempu dan sekitarnya.
3. Performa Kepala Cabang Dinas Pendidikan Banyuwangi yang terkesan tertutup dan tidak kooperatif, tidak komunikatif, arogan serta tidak solutif dan menganggap bahwa Cabang Dinas Banyuwangi adalah organ Provinsi maka tidak perlu tunduk kepada Bupati/Forkopimda, serta ketidak kemampuan membaca dinamika Pendidikan di Banyuwangi dan ketidak kemampuan bekerja sama dengan Pemkab Banyuwangi/LSM/Media, serta terkesan melakukan pembiaran terhadap bawahannya/para Kepala Sekolah SMA/SMK, maka tuntutannya:
– Agar Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi di pindahkan atau mutasi keluar dari Banyuwangi segera setelah aksi damai ini berlangsung.
4. Maraknya peredaran dan ketidak seimbangan pengadaan kain seragam sekolah oleh Kepala Sekolah SMA/SMK di Banyuwangi ke pengusaha asal Surabaya (yang lebih banyak pesan ke Surabaya dan diduga di kondisikan oleh Kepala Cabang Pendidikan Banyuwangi dengan memerintahkan saudara Syukroini/Kepala Sekolah SMAN Tegaldlimo untuk menekan para Kepala Sekolah lain). Selanjutnya sesuai tekad Pemkab Banyuwangi untuk memajukan UMKM serta dalam rangka meringankan beban masyarakat khususnya biaya personal/kain seragam, maka tuntutannya :
– Agar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur memerintahkan Kacabdin di Banyuwangi untuk menghentikan pemesanan kain dari Surabaya, dan membebaskan masyarakat untuk membeli kain di wilayah Banyuwangi sesuai kemampuan dan yang bersifat meringankan.
5. Mendengarkan keluhan dari beberapa Kepala Sekolah, khususnya SMAN dan komunitas masyarakat terhadap sikap salah satu Kepala Sekolah yang konon merupakan tangan kanan Kacabdindik Banyuwangi yakni Saudara Syukroini yang saat ini kepala sekolah SMAN Tegaldlimo dan menyebut sudah mendapat restu dari Kacabdindik untuk menjadi kepala sekolah SMAN 1 Genteng, serta diduga terbentuknya faksi-faksi di jajaran Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (kelompok Pendowo Limo) yang diduga di bawa pimpinan Syukroini, maka tuntutannya :
-Agar Syukroini di mutasi keluar Banyuwangi demi kondusifitas kerja di jajaran kepala sekolah.
6.Persaingan tidak sehat di pengadaan barang/jasa tidak memberdayakan pengusaha lokal/UMKM.
Dalam keterangan pers, Ketua aksi Ahmad Munir panggilan Mbah Munir menyatakan, sangat tersentuh hatinya sebagai anak bangsa yang ada di Banyuwangi. Sejumlah 15.000 anak tidak di Carikan solusi oleh Jaenuri (Kepala Cabang pendidikan Provinsi).
“Padahal, Bupati Banyuwangi punya program anak tidak putus sekolah. Sehingga kabupaten Banyuwangi menyiapkan anggaran yang namanya Garda Ampuh. Kami ingin anak-anak yg 15.000 itu dibiayai lewat Garda Ampuh,” ujar Mbah Munir.
“Tapi kan sistemnya antara Kacab Provinsi dan Kadisdik Kabupaten Banyuwangi harus konek. Karena apa? Anggarannya sudah disiapkan oleh bupati dan tempat anggaran garda ampuh di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi,” tambahnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi jangan mentang-mentang orang Provinsi tidak mau mendekat dengan Dinas Pendidikan Banyuwangi. “Ini kan arogan, dan sombong itu sebenarnya,” ucap Mbah Munir dengan nada kesal.
“Kalau dia mau konek dan komunikasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Banyuwangi. Maka anak-anak yang mungkin di anggap tidak mampu dan telantar bisa di tampung di sekolah baik negeri maupun swasta,” sambungnya.
Selanjutnya, Mbah Munir berkeinginan agar sekolah negeri ini menambah pagu atau bagi sekolahan yang punya kelas nambah Rombel (rombongan belajar). Tetapi kenyataannya Kacab tidak memprosesnya.
“Padahal pak Arif (kasie SMA) pernah mengatakan, teman-teman sudah di minta proposal untuk nambah pagu atau rombel,” ungkapnya.
“Kacabnya kepala batu dan tidak mau menerima dan menandatangani serta tidak mau melanjutkan ke Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” sesalnya.
Mbah Munir juga berharap kepada Gubernur dan Kadis Pendidikan Provinsi Jawa Timur agar mencopot Jaenuri dan keluar dari Banyuwangi tahun ini juga, karena sudah merusak kearifan lokal.
Tuntutan berikutnya, Jaenuri harus mengembalikan situasi dan kondisi yang di pimpin oleh kacab sebelumnya. Setelah Jaenuri memimpin jadi amburadul. Jadi Jaenuri harus tobat siap mengundurkan diri.
“Sampean tanya ke teman-teman ASN, Guru dan PPPK itu isinya kalau datang hanya mengancam. Ancaman tok isinya bukan pembinaan,” sebutnya.
Munir juga menegaskan, demo akan di lanjutkan sampai Jaenuri mundur dari jabatannya dan situasi dan kondisi tentang pendidikan di Banyuwangi kembali pulih damai dan tenteram.
“Setelah demo hari ini, kami akan mengirimkan surat ke DPRD BANYUWANGI khususnya Komisi 1 agar memanggil Kacabdin dan Kadisdik serta seluruh kepala sekolah SMA/SMK negeri dan swasta agar tahu akar permasalahannya,” tutupnya.
Perlu diketahui, Kacabdindik Provinsi Jatim Kabupaten Banyuwangi Jaenuri sulit untuk di temui dan terkesan menghindar terhadap awak media dan rekan-rekan LSM. (yn/*)